Sabtu, 22 Juni 2013

Status "Tunangan"

bukan bermaksud menggurui tapi, hanya curhat,

Muncul keprihatinan akan status "tunangan" padahal status ini adalah syubhat, bukankah lebih baik kita meninggalkan yang syubhat? Jika sudah ta'aruf, bukankah lebih baik dirahasiakan sampai sudah pasti tanggal berapa? Yang dituntunkan mempublikasikan hanyalah setelah akad nikah. kurang dari itu malah akan mendatangkan fitnah, pra sangka, pintu menuju ke hal yang haram.
dan status "menikah" padahal baru rencana, bukankah akan mendatangkan fitnah dan malah melegalkan orang pacaran via dunia maya (syubhat lagi)?
dan yang terlebih lagi, status "suami istri" padahal baru sekedar pacaran.
dan yang lebih tidak disetujui lagi adalah status "pacaran". ini sudah jelas medekati zina, kalau smpai kita sekarang berpacaran, apakah anak kita akan kita biarkan pacaran nanti? kalau kita biarkan pacaran, apakah kita akan membiarkan anak kita mendekati zina. dan apakah kita tahu akan seperti apa jaman anak kita nanti?

ingatkah hadits:

Dari Abu 'Abdillah An-Nu'man bin Basyir radhiallahu 'anhuma berkata,"Aku mendengar Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya yang Halal itu jelas dan yang haram itu jelas, dan diantara keduanya ada perkara yang samar-samar, kebanyakan manusia tidak mengetahuinya, maka barangsiapa menjaga dirinya dari yang samar-samar itu, berarti ia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya, dan barangsiapa terjerumus dalam wilayah samar-samar maka ia telah terjerumus kedalam wilayah yang haram, seperti penggembala yang menggembala di sekitar daerah terlarang maka hampir-hampir dia terjerumus kedalamnya. Ingatlah setiap raja memiliki larangan dan ingatlah bahwa larangan Alloh apa-apa yang diharamkan-Nya. Ingatlah bahwa dalam jasad ada sekerat daging jika ia baik maka baiklah seluruh jasadnya dan jika ia rusak maka rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati”.

[Bukhari no. 52, Muslim no. 1599]

Jadi kalau kita bermain di daerah syubhat, maka tanpa sadar kita sudah memasuki daerah hal-hal yang diharamkan.

Tasyabbuh

larangan tasyabbuh edition....

Semuanya Akan Indah pada Waktunya.....
ternyata kalimat tersebut dari Bible dan sudah menjadi syiar umum bagi kaum Nashrani (di Doa di nyanyian)...

apakah kita akan menjadikan syiar mereka menjadi syiar kita????

Insya ALlah banyak kalimat dari Al Qur'an dan As Sunnah yang lebih baik dari perkataan tersebut....Contoh di surat Fushilat ayat 30-31, Ali Imron yang berbunyi... wa saari'u ilaa maghfirotim mir Robbikum....dst

Eh kok ada yang aneh di ayat tersebut....
Yap, di sana tidak semuanya akan indah pada waktunya.... Kita akan mendapatkan balasannya jika kita telah melakukan sesuatu terlebih dahulu (beriman, beramal, istiqomah dll)

Jika tidak sependapat ga apa. Tapi bukankah kita lebih baik tidak bertasyabbuh?

-------
ini bunyi kalimat tersebut di Bible......
Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.
Versi bahasa Inggrisnya :

He has made everything beautiful in its time. He also has planted eternity in men's hearts and minds [a divinely implanted sense of a purpose working through the ages which nothing under the sun but God alone can satisfy], yet so that men cannot find out what God has done from the beginning to the end.
[Pengkhotbah, 3:11]
------------
sumber:
Al Qur'anul Karim
http://abul-jauzaa.blogspot.com/2013/01/semuanya-akan-indah-pada-waktunya.html
Tafsir Ibnu Katsir untuk Al Hadid

Kamis, 30 Mei 2013

Muhasabah : Al Hasyr 18



Pembinaan diri : salah satu sarananya adalah muhasabah.....
Salah satu ayat yang dapat dijadikan rujukan mengenai hal ini adalah surat Al Hasyr 18...
mari kita coba lihat tafsirnya oleh Ibnu Katsir:

penjelasan dari :
"hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."

Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab. Dan lihatlah apa yang telah kalian tabung untuk diri kalian sendiri berupa amal shalih untuk hari kemudian dan pada saat bertemu dengan Rabb kalian. Bertakwalah pada Allah adalah penegasan kedua (setelah di awal ayat juga disebutkan). Dan bahwa sesungguhnya Allah mengetahui seluruh perbuatan dan keadaan kalian. TIdak ada sedikit pun yang tersembunyi dari Nya, baik perkara kecil maupun besar.

isinya :
1. Hisab diri kita sebelum dihisab oleh Allah
2. Caranya dengan melihat amal shalih apa yang telah ditabung
3. Tetap luruskan niat, bahwa tabungan ini memang mempersiapkan hari kemudian dan saat bertemu dengan Rabb nanti
4. Taqwa jangan dilupakan
5. kita diingatkan kembali bahwa kita selalu diawasi karena Allah Maha Mengetahui seluruh perbuatan kita...

Rabu, 29 Mei 2013

Mencintai Harus Pilih Pilih

Ingin off dari dunia maya, tapi tergelitik untuk share lagi ketika dapat kasus dari seorang
teman..
Mendapatkan kasus dari teman...

kenapa seorang muslim bisa mencintai seorang putri/putra yang tidak benar aqidahnya dan masih banyak syubhat di
ibadahnya?
maka hal ini harus diwaspadai...
bagi remaja, galau adalah sesuatu hal yang
wajar...

tapi jangan sampai menghasilkan keputusan
yang tidak tepat...

SEJARAH
Mari kita cermati sejarah....
Pada saat Andalusia (Spanyol) di bawah kepemimpinan seorang Tabi'in, Abdurrahman Al Ghafiqi, di antara panglima perang nya ada yang jatuh cinta kepada anak dari salah satu raja kristen yang mempunyai kecantikan yang
sangat luar biasa. Hal ini mengacaukan barisan pasukan. Dan menakibatkan dia diperangi dan dibunuh karena mengacaukan barisan Pasukan kaum muslimin yang akan
berperang dengan raja kristen. (Tetralogi sejarah : Tabi'in dari Penerbit Tibyan)
Ada salah seorang ulama jatuh cinta kepada salah seorang wanita khawarij. Wanita ini
memang sangat cantik. Ulama tersebut bertekat untuk mengubah wanita tersebut
setelah menikahinya. Dan akhirnya setelah menikah, Ulama tersebut malah menjadi
pembela khwarij setelah perdebatan yang panjang.
*catatan: Khawarij mempunyai arti orang yang keluar. Orang-orang ini mengkafirkan Muawiyah dan Ali ra dan membunuh orang muslim yanng mereka anggap kafir (karena
murtad). jadi, mereka mempunyai akidah yang salah tapi ibadah mereka lebih baik dari pada
orang biasa. (Raudhotul Muhibbin dari Ibnul Qoyyum Al Jauziyah kalau ga salah---perlu
direcheck lagi)

itu adalah dua cerita dari sekian banyak cerita...
Hmm, harus disyukuri orang yang mudah
menundukkan hati dan pandangan dari wanita/
pria yang tidak bagus iman dan ibadah.

Tapi, kalau pengalaman pribadi, entah kenapa gampang menundukkan pandangan pada para wanita tidak berjilbab, secantik apapun, tapi harus berusaha lebih keras menundukkan pandangan pada para wanita yang berjilbab lebar. Mungkin karena keyakinan bahwa wanita berjilbab sudah punya kelebihan basic dibanding wanita yang lain yang tidak berjilbab.

Wallaahu A'lam

Jumat, 22 Maret 2013

Bisa Jadi Benci Tapi Baik....(bersandar kepada Allah)

"Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."

Ayat ini mengandung beberapa pengertian:

"Kutiba 'alaikumul Qitaalu wa huwa kurhul lakum."
1. Jika dimintai pertolongan untuk jihad pada masa itu diwajibkan untuk membantu. Dan Jihad untuk memperjuangkan Islam pada masa itu adalah sangat berat bagi setiap orang Islam.

" Wa 'asaa an takrohu syaia wa khoirullakum, Wa 'asaa an tuhibbu syaia wa huwa syarrul lakum"
2. Hal ini bersifat umum, tidak hanya berkaitan dengan perang. Bisa jadi kita cenderung terhadap sesuatu tapi tidak ada kebaikan kepadanya.
 
"Wallaahu ya'lamu wa antum ta'lamuun."
3. Allah lebih mengetahui tentang akibat dari semua perkara. Maka hendaklah kita berserah diri kepada Allah, menaati perintahNya, semoga kita dapat petunjuk....

Kepada siapakah ayat ini dialamatkan? Tidak lain dan tidak bukan adalah orang-orang yang beriman.

Ayat ini masih menjadi satu rangkaian dengan ayat Al Baqoroh ayat 208. Kenapa? karena seorang yang beriman adalah seorang yang tawakkal dan para pengambil hikmah
.................... [Ibnu Katsir 2:216]

Memang ayat ini mengajarkan diri kita untuk selalu bersandar kepada Allah. Ketika susah maupun senang, maka kita sandarkan diri kita kepada Allah.
Tak bisa lepas dari tafsir ayat ini, istikhoroh menjadi salah satu untuk menetapkan hati sekaligus berusaha bertawakkal kepada Allah ketika menentukan pilihan.

#Masih harus melawan hawa nafsu yang terus menyerang.......

Bagaimana Rasulullah Menanggapi Fitnah


[SIRAH]
Di Masa Sekarang, fitnah berupa berita bohong (haditsul ifki) mudah sekali ditemui di dalam kehidupan kita. Fitnah ini dapat menimpa siapa saja dan organisasi apa pun. Bahkan, dengan berkembangnya media, berita ini lebih mudah untuk tersebar. Dalam menghadapi haditsul ifki ini, seorang muslim hendaknya memperhatikan Uswah kita, Nabi Muhammad Shalallaahu 'alaihi wa Salam.

Pada masa kenabian, didapati haditsul ifki yang mengguncangkan umat Islam di Madinah. Haditsul Ifki ini menimpa Ummahatul Mukminin, A'isyah RadhiyAllaahu 'anhaa. Hadistul ifki ini akhirnya dapat diselesaikan setelah Allah menurunkan surat An Nuur berkaitan dengan haditsul ifki.

Apa pelajaran yang dapat kita ambil dr peristiwa itu? Di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Menghindari tuduhan yang masih bersifat prasangka adalah kewajiban pokok yg dtunaikan kaum muslimin.
Inilah yang dilakukan oleh para Shahabat yang masih terjaga hatinya oleh Allah. Ketika fitnah menyerang, para shahabat bershabar dan tidak menyebarkan tuduhan yang baru sebatas prasangka tersebut. Siap para tokoh penyebarnya? tidak lain adalah para munafiqin. Yang lebih mengagetkan, ada juga kaum muslimin (mungkin karena akidah yang lemah) yang tanpa sengaja ikut menyebarkan berita bohong tersebut.

2. Jangan menerima isu begitu saja.
Setiap tuduhan harus disertai dengan bukti dan saksi. Jika tuduhan masih bersifat prasangka, lebih baik kita diamkan, tidak menerimanya dan tidak menyebarkannya. Mengenai tuduhan harus disertai saksi maka hal ini tertulis di surat An Nur ayat 13 (salah satunya).

3. Timbanglah secara cermat dalam menilai benar tidaknya suatu isu.
Timbangkan masak-masak apakah yang dituduhkan benar atau salah. Bandingkan pribadi orang yg diisukan dengan diri sendiri. Jika orang yang diisukan harusnya lebih sholeh dari kita, maka kita perlu melakukan tabayyun terlbih dahulu. ketika ditanya mengenai isu yang menimpa Ibunda A'isyah Radhiyallaahu 'anhaa, Sahabat Ayub Al Anshari radhiyAllaahu 'anhu menjawab pertanyaan istrinya secara diplomatis, yaitu dengan cara membandingkan kesholehan dirinya dengan kesholehan Ibunda A'isyah, jadi tidak mungkin  Ibunda A'isyah melakukan perbuatan keji tersebut.

4. Jangan biarkan hawa nafsu ikut campur dan berperan dlm menyelesaikan tersebarnya kabar bohong.
Contoh terpuji di sini adalah Zainab binti Jahsyi radhiyAllaahu 'anhaa, ummahatul mukminin.Ketika fitnah menyebar, beliau diam dan masih berkhusnudhon. A'isyah Radhiyallaahu 'anhu pun memuji sikap dari Ibunda Zainab tersebut.
Jika nafsu ikut campur, ketika berita bohong menimpa Ibunda A'isyah, maka para madunya akan dengan mudahnya menyebarkan berita bohong tersebut.

5. Beban terberat dlm menghadapi haditsul ifki adalah sikap yg mesti diambil oleh orang yg diisukan. Jangan sampai membalas berita bohong dengan berita bohong lainnya. Jangan melanggar kehormatan orng lain.

Contoh yg baik adalah sikap Rasulullah SAW dan keluarga Abu Bakar. Rasulullah sebagai suami dari seorang istri yang diisukan, sekaligus sebagai pemimpin dari Umat Islam saat itu. Maka, Rasulullah memilih tidak membahas isu ini sedikitpun. Rasulullah hanya mendiamkan Ibunda A'isyah dan tidak mengambil tindakan menghukumnya karena ketidak jelasan isu tersebut.
Keluarga Abu Bakar, sebagai korban, melakukan tindakan diam, tidak membalas isu tersebut dengan kebohongan yang lain, tidak melanggar kehormatan orang lain pula. A'isyah sendiri memilih mengadu kepada Allah dan bershabar menunggu keputusan dari Rasulullah Shalallaahu 'alaihi wa salam.

6. Menghukum orang yg terperdaya dan terlibat dlm menyebarkan fitnah.
Setelah ayat turun, maka Rasulullah mengumumkan bahwa A'isyah tidak bersalah dan melakukan pemeriksaan yang teliti terhadap sumber dari fitnah tersebut dan para penyebar utama dari berita bohong tersebut. Tentu harus dilakukan pemeriksaan dengan sangat teliti.


[Diambil dari Fiqhush Shirah Manhaj Haroki dan sirah Nabawiyah syeikh Safy Al Rahman Al Mubarakfuri]


Maka berhati-hatilah terhadap suatu kabar burung. Tabayyun adalah salah satu prosedur wajib yang dituntunkan. Tabayyun juga didapatkan pada peristiwa pengumpulan zakat dari Bani Mustaliq,  dan ada pembawa berita yang keliru menyampaikan berita, sehingga turun surat Al-Hujurat ayat  6.

Wallaahu a'lam

Jumat, 24 Agustus 2012

All About Istikhoroh (2)


A.      Memahami makna dari istikhoroh
Doa tersebut berbunyi sebagai berikut:
“Allahumma inni astakhiruka bi ‘ilmika, wa astaqdiruka bi qudratika, wa as-aluka min fadhlika, fa innaka taqdiru wa laa aqdiru, wa ta’lamu wa laa a’lamu, wa anta ‘allaamul ghuyub. Allahumma fa-in kunta ta’lamu hadzal amro (sebut nama urusan tersebut) khoiron lii fii ‘aajili amrii wa aajilih (aw fii diinii wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii) faqdur lii, wa yassirhu lii, tsumma baarik lii fiihi. Allahumma in kunta ta’lamu annahu syarrun lii fii diini wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii (fii ‘aajili amri wa aajilih) fash-rifnii ‘anhu, waqdur liil khoiro haitsu kaana tsumma rodh-dhinii bih”

Ya Allah, sesungguhnya aku beristikhoroh pada-Mu dengan ilmu-Mu, aku memohon kepada-Mu kekuatan dengan kekuatan-Mu, aku meminta kepada-Mu dengan kemuliaan-Mu. Sesungguhnya Engkau yang menakdirkan dan aku tidaklah mampu melakukannya. Engkau yang Maha Tahu, sedangkan aku tidak. Engkaulah yang mengetahui perkara yang ghoib. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara ini (sebut urusan tersebut) baik bagiku dalam urusanku di dunia dan di akhirat, (atau baik bagi agama, penghidupan, dan akhir urusanku), maka takdirkanlah hal tersebut untukku, mudahkanlah untukku dan berkahilah ia untukku. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara tersebut jelek bagi agama, penghidupan, dan akhir urusanku (baik bagiku dalam urusanku di dunia dan akhirat), maka palingkanlah ia dariku, takdirkanlah yang terbaik bagiku di mana pun itu sehingga aku pun ridho dengannya.” [HR. Bukhari no. 7390, dari Jabir bin ‘Abdillah]


a.    Bagian pertama, kita beristikhoroh atau meminta pilihan kepada Allah dengan pengetahuan-Nya, dan seterusnya. Yang intinya kita menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah dengan kemampuan yang hanya dimiliki oleh Nya. Selanjutnya, kita lebih mengakui bahwa memang Allah lah yang punya kemampuan tersebut dan kita tidak punya kemampuan itu sama sekali. Dan akhirnya, masa depan dan perihal yang terbaik bagi diri kita merupakan masalah ghoib dan yang tahu hanyalah Allah. Oleh karena itu, kita mengatakan bahwa Allah lah yang Maha Mengetahui yang Ghoib.
b.    Bagian kedua, Kita meminta dipilihkan secara spesifik tentang urusan kita. Jika urusan baik bagi diri kita (urusan tersebut, dunia, dan akhirat), maka kita minta agar kita ditetapkan padanya, dimudahkan dalam menjalaninya, dan berilah barokah padanya. Namun, jika keputusan tersebut buruk bagi diri kita (urusan tersebut, dunia, dan akhirat), maka kita minta agar dipalingkan daripadanya, dan minta ditakdirkan yang terbaik bagi diri kita dan kita dibuat ridho terhadap masalah yang kita dipalingkan dari padanya.
c.    Oleh karena itu, jika pilihan kita ternyata dimudahkan dan tercapai, maka perlu disyukuri. Jika ternyata tidak sesuai dengan keinginan/pilihan kita, maka sesungguhnya inilah pilihan yang diberikan oleh Allah. Jadi pertama kali menerima kenyataan, ditanggapi dengan shobar, dan ketika di belakang hari ternyata ditemukan hikmah dan nikmat di belakang semua itu, ditanggapi dengan syukur.

E.    Tambahan
a.    Bagian pertama dan bagian kedua dari doa istikhoroh tidak boleh dipisahkan. Perlu diingat jangan sampai kita langsung ke bagian dua dari doa istikhoroh tersebut, dikarenakan hadits berikut.
Dari Anas, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Apabila seseorang di antara kalian berdoa, maka hendaklah bersungguh-sungguh dalam doanya, dan jangan sekali-kali mengucapkan, Allahumma insyi’ta fa a’thinii (Ya Allah jika engkau menghendaki, maka berilah aku), karena sesungguhnya Allah tidak ada yang memaksa). [HR mutafaqun ‘Alaih, dan lafadzh itu bagi Muslim]
b.    Dan penulis anggap perlu mencantumkan sedikit tafsir dari Al Baqoroh 216.
Ayat ini diturunkan berkenaan dengan perang, sesungguhnya kewajiban perang sangat berat.  Maka Allah memberikan ayat ini agar orang –orang beriman menjalani kewajiban untuk berperang dengan keyakinan untuk mengharap ridho Allah walau perang ini sangat berat baginya. Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ayat ini bersikap umum mencakup semua perkara [3]. Adakalanya yang kita sukai tidak ada maslahat di dalamnya, dan yang tidak disukai ternyata ada maslahat di dalamnya.
Di akhir ayat difirmankan bahwa Allah mengetahui sedangkan kita tidak mengetahui. Ada dua point dari penjelasan Ibnu Katsir yang patut kita perhatikan terhadap potongan ayat ini. (1) Allah lebih mengetahui tentang akibat dari semua perkara daripada kita, dan lebih melihat apakah di dalam suatu urusan terkandung kemashlahatan dunia dan akhirat bagi kita. (2) Maka sudah seharusnya, dalam keadaan apapun, kita harus mentaati perintah Allah dan menjalankan seruannya. Jangan sampai kita sudah sangat sering beristikhoroh, dan tidak mendapatkan apa yang kita inginkan, akhirnya kita ‘ngambek’ untuk beribadah kepada Allah dan berprasangka buruk kepada Allah.
F.    Anggapan syubhat yang sering terjadi di kalangan manusia
a.    Hal hal syubhat yang sering terjadi di sekitar kita, mereka melakukan istikhoroh lalu mengharapkan mimpi atau pertanda yang muncul berkenaan dengan pilihan mereka. Sesungguhnya hal ini tidak dituntunkan oleh Allah dan Rasul Nya.