Jumat, 24 Agustus 2012

All About Istikhoroh (2)


A.      Memahami makna dari istikhoroh
Doa tersebut berbunyi sebagai berikut:
“Allahumma inni astakhiruka bi ‘ilmika, wa astaqdiruka bi qudratika, wa as-aluka min fadhlika, fa innaka taqdiru wa laa aqdiru, wa ta’lamu wa laa a’lamu, wa anta ‘allaamul ghuyub. Allahumma fa-in kunta ta’lamu hadzal amro (sebut nama urusan tersebut) khoiron lii fii ‘aajili amrii wa aajilih (aw fii diinii wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii) faqdur lii, wa yassirhu lii, tsumma baarik lii fiihi. Allahumma in kunta ta’lamu annahu syarrun lii fii diini wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii (fii ‘aajili amri wa aajilih) fash-rifnii ‘anhu, waqdur liil khoiro haitsu kaana tsumma rodh-dhinii bih”

Ya Allah, sesungguhnya aku beristikhoroh pada-Mu dengan ilmu-Mu, aku memohon kepada-Mu kekuatan dengan kekuatan-Mu, aku meminta kepada-Mu dengan kemuliaan-Mu. Sesungguhnya Engkau yang menakdirkan dan aku tidaklah mampu melakukannya. Engkau yang Maha Tahu, sedangkan aku tidak. Engkaulah yang mengetahui perkara yang ghoib. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara ini (sebut urusan tersebut) baik bagiku dalam urusanku di dunia dan di akhirat, (atau baik bagi agama, penghidupan, dan akhir urusanku), maka takdirkanlah hal tersebut untukku, mudahkanlah untukku dan berkahilah ia untukku. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara tersebut jelek bagi agama, penghidupan, dan akhir urusanku (baik bagiku dalam urusanku di dunia dan akhirat), maka palingkanlah ia dariku, takdirkanlah yang terbaik bagiku di mana pun itu sehingga aku pun ridho dengannya.” [HR. Bukhari no. 7390, dari Jabir bin ‘Abdillah]


a.    Bagian pertama, kita beristikhoroh atau meminta pilihan kepada Allah dengan pengetahuan-Nya, dan seterusnya. Yang intinya kita menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah dengan kemampuan yang hanya dimiliki oleh Nya. Selanjutnya, kita lebih mengakui bahwa memang Allah lah yang punya kemampuan tersebut dan kita tidak punya kemampuan itu sama sekali. Dan akhirnya, masa depan dan perihal yang terbaik bagi diri kita merupakan masalah ghoib dan yang tahu hanyalah Allah. Oleh karena itu, kita mengatakan bahwa Allah lah yang Maha Mengetahui yang Ghoib.
b.    Bagian kedua, Kita meminta dipilihkan secara spesifik tentang urusan kita. Jika urusan baik bagi diri kita (urusan tersebut, dunia, dan akhirat), maka kita minta agar kita ditetapkan padanya, dimudahkan dalam menjalaninya, dan berilah barokah padanya. Namun, jika keputusan tersebut buruk bagi diri kita (urusan tersebut, dunia, dan akhirat), maka kita minta agar dipalingkan daripadanya, dan minta ditakdirkan yang terbaik bagi diri kita dan kita dibuat ridho terhadap masalah yang kita dipalingkan dari padanya.
c.    Oleh karena itu, jika pilihan kita ternyata dimudahkan dan tercapai, maka perlu disyukuri. Jika ternyata tidak sesuai dengan keinginan/pilihan kita, maka sesungguhnya inilah pilihan yang diberikan oleh Allah. Jadi pertama kali menerima kenyataan, ditanggapi dengan shobar, dan ketika di belakang hari ternyata ditemukan hikmah dan nikmat di belakang semua itu, ditanggapi dengan syukur.

E.    Tambahan
a.    Bagian pertama dan bagian kedua dari doa istikhoroh tidak boleh dipisahkan. Perlu diingat jangan sampai kita langsung ke bagian dua dari doa istikhoroh tersebut, dikarenakan hadits berikut.
Dari Anas, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Apabila seseorang di antara kalian berdoa, maka hendaklah bersungguh-sungguh dalam doanya, dan jangan sekali-kali mengucapkan, Allahumma insyi’ta fa a’thinii (Ya Allah jika engkau menghendaki, maka berilah aku), karena sesungguhnya Allah tidak ada yang memaksa). [HR mutafaqun ‘Alaih, dan lafadzh itu bagi Muslim]
b.    Dan penulis anggap perlu mencantumkan sedikit tafsir dari Al Baqoroh 216.
Ayat ini diturunkan berkenaan dengan perang, sesungguhnya kewajiban perang sangat berat.  Maka Allah memberikan ayat ini agar orang –orang beriman menjalani kewajiban untuk berperang dengan keyakinan untuk mengharap ridho Allah walau perang ini sangat berat baginya. Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ayat ini bersikap umum mencakup semua perkara [3]. Adakalanya yang kita sukai tidak ada maslahat di dalamnya, dan yang tidak disukai ternyata ada maslahat di dalamnya.
Di akhir ayat difirmankan bahwa Allah mengetahui sedangkan kita tidak mengetahui. Ada dua point dari penjelasan Ibnu Katsir yang patut kita perhatikan terhadap potongan ayat ini. (1) Allah lebih mengetahui tentang akibat dari semua perkara daripada kita, dan lebih melihat apakah di dalam suatu urusan terkandung kemashlahatan dunia dan akhirat bagi kita. (2) Maka sudah seharusnya, dalam keadaan apapun, kita harus mentaati perintah Allah dan menjalankan seruannya. Jangan sampai kita sudah sangat sering beristikhoroh, dan tidak mendapatkan apa yang kita inginkan, akhirnya kita ‘ngambek’ untuk beribadah kepada Allah dan berprasangka buruk kepada Allah.
F.    Anggapan syubhat yang sering terjadi di kalangan manusia
a.    Hal hal syubhat yang sering terjadi di sekitar kita, mereka melakukan istikhoroh lalu mengharapkan mimpi atau pertanda yang muncul berkenaan dengan pilihan mereka. Sesungguhnya hal ini tidak dituntunkan oleh Allah dan Rasul Nya.

All About Istikhoroh (1)

Menyandarkan Diri kepada Pilihan Allah......
A’uudzubillaahi minasy syaithoonir rojim
Bismillah

Sebelum menghadapi kesibukan pekerjaan yang menuntut bersikap ihsan sepanjang waktu tiada henti, menyempatkan diri untuk membuat sedikit coretan sebagai sarana sharing ilmu yang baru orde bulan dipelajari dengan mendalam. Dengan sedikit effort, Alhamdulillah, semalam jadi. Tulisan ini bukanlah sebuah artikel, tetapi hanyalah berupa ringkasan dari berbagai sumber yang relevan.

Ada permintaan teman untuk menuliskan mengenai doa Istikhoroh, doa untuk menjalankan pilihan. Doa sebagai sarana untuk menyandarkan pilihan diri kita kepada Allah dalam urusan-urusan penting. Dengan menjalankan doa ini, diri kita dituntut agar menyandarkan diri atau pasrah secara total kepada Allah.
Dengan menjalankan doa ini, diri kita akan belajar bagaimana harus menerima segala pilihan dari Allah walau diri kita tidak suka.

A.    Hadits mengenai doa istikhoroh
a.    Hadits yang sering kita mendengar [4]:
Dari  Jabir  bin  ‘Abdullah,  ia  berkata  :  Rasulullah SAW pernah mengajarkan kepada  kami  istikharah  dalam  urusan-urusan  penting  sebagaimana  beliau mengajarkan Al-Qur'an kepada kami. Beliau bersabda, "Apabila seseorang diantara  kalian  akan  mengerjakan  suatu  perkara  hendaklah  ia  shalat  2 raka'at yang bukan shalat fardlu, kemudian hendaklah berdoa "Alloohumma innii  astakhiiruka  .....  dst"  dan  hendaklah  ia  sebutkan  hajatnya".  [HR. Bukhari 2 : 51]

Lihatlah bagaimana Rasulullah mengajarkan Istikhoroh dalam urusan-urusan yang penting.  Dan Rasulullah mengajarkan istikhoroh ini secara khusus, dengan tempat yang khusus, waktu yang khusus sebagaimana beliau mengajarkan Al_Qur’an, yang merepresentasikan betapa pentingnya hal yang beliau ajarkan kepada Sahabat-sahabat beliau.

b.    “Bahwa Nabi jika menghendaki suatu urusan, maka beliau mengatakan, “Ya Allah, pilihlah untukku dan berilah pilihan untukku.” [HR tirmidzi, dhaif]

c.    “wahai anas jika engkau menginginkan suatu perkara, maka beristikhorohlah kepada Rabbmu sebanyak tujuh kali. Kemudian perhatikanlah apa yang telah lebih dahulu masuk ke hatimu, karena kebaikan itu ada di dalamnya[HR Ibnu Sunni, maudhu’]

Kedua hadits di atas [1] di sampaikan dalam rangka agar kita mengenal dalil dalil yang lemah mengenai istikhoroh ini.

B.    Pengertian dari istikhoroh
Istikhoroh adalah menghadap kepada Allah dan memohon kepadaNya agar memilihkan buat hambaNya perkara yang terbaik. [1]

C.    Tata cara pelaksanaannya
a.    Istikhoroh dilakukan ketika akan melakukan suatu urusan. Jadi istikhoroh bukan untuk memilih. Istikhoroh ini untuk memantapkan hati ketika akan menjalani suatu urusan.
b.    Pelajari tentang urusan yang akan kita jalani, pelajari, tanyakan pada diri sendiri dan orang lain yang lebih berpengalaman dan cermati, lalu tentukan keputusan apa yang mau diambil. Jadi dari sini, kita menjalani sunnatullah, sebab akibat dari sisi dunianya supaya keputusan baik bagi diri kita.
c.    Istikhoroh hanya dilakukan pada urusan mubah, bukan urusan yang wajib dan jelas hukum syariatnya. Dan istikhoroh bukan hanya berkaitan dengan jodoh, tapi untuk urusan penting dalam kehidupan kita. Jodoh adalah salah satu dari urusan penting tersebut dikarenakan jodoh menyangkut kehidupan kita sampai mati dan anak-anak kita nanti.
d.    Istikhoroh dilaksanakan dengan shalat dan doa, sholat nya boleh tahiyatul masjid, rawatib, ataupun yang lain (sesuai dengan bunyi hadits yang mengatakan bahwa sholat selain shalat fardhu). Sholat terlebih dahulu dilanjutkan dengan doa. Saat melakukan sholat, keputusan yang diambil bisa jadi sudah tetap ataupun masih ragu-ragu. Pada titik inilah kita memohon pertolongan Allah untuk memilihkan pilihan bagi kita.
e.    Jika berhalangan melakukan sholat, cukup dengan cara membaca doa istikhoroh.
f.    Istikhoroh bisa dilakukan berkali-kali dan bisa dilakukan siang ataupun malam (tidak ada dalil yang mengkhususkan pada waktu tertentu). Jika dilakukan malam hari karena keumuman dalil mengenai sedekat-dekat hamba kepada Rabb nya adalah pada waktu malam, hal ini juga diperbolehkan.
g.    Jalankan keputusan itu dan bertawakal kepada Allah.
h.    Bagaimana sikap kita setelah mendapatakan hasil dari menjalankan keputusan kita? Akan coba dibahas pada sub bab selanjutnya.


bersambung...


Di tengah dinginnya udara di Kota Kembang, 7 Syawal 1433 H/ 25 Agustus 2012
Ali An Nashir
Pustaka:
1.       Ensiklopedia Dzikir dan Doa Al Imam An Nawawi dengan Takhrij, Tahqiq dan komentar dan catatan oleh Syaikh Amir bin Ali Yasin. 1422 H/ 2001 M. Pustaka Sahifa: Jakarta.
2.       Kumpulan Doa-Doa. Yayasan Majlis Tafsir Al-Qur’an. 2005. Percetakan Al Abror : Solo.
3.       Tafsir Ibnu Katsir Juz 2.  Al Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi. Sinar Baru Al Gesindo.
4.       Brosur ahad pagi edisi 2 Dzulqo’dah 1431/ 10 Oktober 2010. Shalat Sunnah (3).

Selasa, 26 Juni 2012

Lirik Nasyid: Adakah Kau Lupa

Album : AlamiMunsyid : Alarm Me
http://liriknasyid.com


Adakah kau lupa
Kita pernah berjaya
Adakah kau lupa
Kita pernah berkuasa

Memayungi dua pertiga dunia
Menrentas benua melayar samudera
Keimanan juga ketaqwaan
Rahsia mereka capai kejayaan

Bangunlah wahai anak bangsa
Kita bina kekuatan jiwa
Tempuh rintangan perjuangan

Gemilang generasi yang silam
Membawa arus perubahan
Keikhlasan hati dan nurani
Ketulusan jiwa mereka berjuang

Sejarah telah mengajar kita
Budaya Islam di serata dunia
Membina tamadun berjaya
Merubah mengangkat maruah

#inilah musik yang selalu menginspirasi di kala malas.....
#Pemuda haruslah merasa bertanggung jawab terhadap kebangkitan Islam selanjutnya
#Profesional lah di bidangmu, bersiaplah menempati pos-pos yang menunggumu
##Muslim Engineer

Perang Yarmuk



Pada tahun ke 13 H, pada saat Khalifah Abu Bakar Radhiyallaahu 'anhu, terjadi sebuah perang, yaitu perang Yarmuk. Tahukah Kawan, bahwa sesungguhnya perang Yarmuk bisa dikatakan sebagai perang Salib pertama. Pada waktu itu, pasukan yang dipimpin oleh Khalid bin Walid menghadapi pasukan romawi adalah 40.000 orang, dan pasukan Romawi adalah 240.000 orang. Bahkan, di barisan Pasukan Romawi, terdapat pendeta-pendeta dan uskup untuk menambah semangat spiritual mereka.

Inilah perang yang menentukan seperti apa peta Geografi di jaman sekarang ini. Jika sampai Pasukan Muslimin kalah, maka Negara Makkah dan Madinah akan dihancurkan oleh Pasukan Romawi. Jika sampai Pasukan Romawi kalah, maka terbukalah pintu Provinsi Syam yang terdiri dari Palestina, Mesir, Syiria. Alhamdulillah, perang ini dimenangkan oleh pasukan Islam. Sehingga Mesir, Syiria, Palestina berhasil di-Islamkan. Bahkan, beberapa abad setelahnya, Daerah-daerah tersebut menjadi salah satu pusat peradaban Islam.

Lalu, Bagaimanakah Umat Islam berhasil memenangkan perang Yarmuk? Mari kita simak sejarah yang telah berjalan. ...

Ketika perang Yarmuk telah usai, Heraklius bertanya kepada pasukannya kenapa Pasukan Romawi kalah. padahal mereka mempunyai pasukan yang berlipat ganda dari pasukan Islam. Maka salah satu pasukan yang dituakan menjawab:

"Kami kalah disebabkan  mereka  shalat  di  malam  hari,  berpuasa  di  siang  hari, mereka menepati  janji, mengajak kepada perbuatan ma'ruf mencegah dari perbuatan mungkar  dan  saling  jujur  sesama  mereka. Sementara kita gemar meminum khamr,  berzina,  mengerjakan  segala  yang  haram,  menyalahi janji, menjarah harta,  berbuat  kezhaliman,  menyuruh  kepada kemungkaran, melarang dari apa-apa  yang  diridhai  Allah  dan  kita  selalu  berbuat  kerusakan  di bumi." Mendengar jawaban itu Heraklius berkata, "Engkau telah berkata benar." [Al Bidayah Wan Nihayah]

Indikasi perbuatan yang muncul dari pasukan muslim saat itu adalah shalat di malam hari, berpuasa di siang hari, menepati janji, amar ma'ruf nahi munkar, dan kejujuran. Kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh para muslimin tersebut adalah representasi akidah yang kuat, kesholehan diri yang merata, dan kesholehan sosial yang saling menguatkan.


Kita coba lihat siapakah yang mengikuti perang Yarmuk. ...

Pasukan Islam pada Perang Yarmuk mempunyai keunggulan yang luar biasa. Setelah Nabi SAW meninggal, tidak pernah didapatkan lebih banyak sahabat Nabi ahli Badr yang terkumpul dalam suatu pasukan melebihi yang terkumpul dalam pasukan Yarmuk ini. Inilah keutamaan generasi yang dekat dengan Rasulullah.[Al Bidayah Wan Nihayah]

Perlu diketahui, Shahabat yang ikut perang Badar mempunyai keutamaan yang tersendiri. Salah satunya adalah yang disebutkan di hadits berikut :

"Bukankan dia termasuk ahlu Badar. Dan Allah telah mendatangi Ahlu Badar & berfirman: Silakan kalian berbuat apa yg kalian suka karena telah wajib bagi kalian untuk masuk ke dalam surga atau: Sungguh Aku telah mengampuni kalian. Maka air mata 'Umar bercucuran lalu berkata; Allah & Rasul-Nya lebih mengetahui." [HR Bukhori]



Ketika umat Islam sudah memaklumi atau tidak mencegah atau membenci orang yang minum khamr, zina, menjalankan yang haram sekitar kita, ketika umat Islam sudah tidak menjalankan shalat di malam hari, tidak berpuasa di siang hari, tidak menepati janji, dan tidak ber-amar ma’ruf nahi munkar, sudah bisa dipastikan bahwa umat Islam akan mengalami masa kemunduran.


Wallahu A‘lam

Ali An Nashir....
di Kota Kembang, sambil menunggu dilakukannya kegiatan Tahsin

Menjadi Unta Rahilah


“innamannaasa kal ibilil miati laa takaadu tajidu fiihaaa raahilah”

“Sesungguhnya manusia itu bagaikan seratus ekor unta, hamper-hampir tak kau temukan di antara mereka yang benar-benar Rahilah (unta pembawa beban berat)” [HR Bukhari, XX/151 No.6017]

Apakah yang dimaksud dengan 'Rahilah itu'.
Al-Khaththabi rahimahullah: “mayoritas manusia memiliki kekurangan. Adapun orang yang memiliki keutamaan dan kelebihan jumlahnya sedikit sekali. Maka mereka seperti kedudukan unta yang bagus untuk ditunggangi dari sekian unta pengangkut beban.’ (Fathul Bari, 11/343)

Al Imam Nawawi rahimahullahu:”Orang yang diridhoi keadaannya dari kalangan manusia, yang sempurna sifat-sifatnya, indah dipandang mata, kuat menanggung beban (itu sedikit jumlahnya).” (Syarah Shahih Muslim, 16/10)
Ibnu Baththal rahimuhullahu: “Manusia itu jumlahnya banyak, namun yang disenangi dari mereka jumlahnya sedikit.” (Fathul Bari, 11/343)

Apakah kita bisa menjadi Unta Rahilah itu di antara Umat islam yang ibarat buih ini?

Kamis, 17 Mei 2012

Tiga Sikap Seorang Muslim Dalam Mencapai Kehidupan Akhirat (1)

-->
    Alhamdulillah karena hati penulis sedang risau akan 'sesuatu' maka muncullah tulisan ini, semoga bisa menyembuhkan ‘sedikit’ ‘kerisauan’ di hati kita dengan mengingat bahwa target utama kita bukanlah wanita ataupun harta ataupun kehormatan ataupun eksistensi diri kita, tapi target kita adalah kehidupan akhirat.
-->


    Tentunya kita ingin mendapatkan ridho Allah di setiap kehidupan kita. Salah satunya adalah dengan mengutamakan kehidupan akhirat di atas keperluan kehidupan segalanya. Lalu bagaimana sikap kita untuk  mencapai kehidupan akhirat itu? Sikap-sikap tersebut sudah terangkum singkat di dalam akhlaqul karimah. Di antara sekian banyak sifat-sifat akhlaqul karimah ada tiga sifat yang komprehensif yang bisa kita aplikasikan di kehidupan sehari-hari kita. Di antara sikap-sikap tersebut adalah sebagai berikut:
1. Istiqomah
    Istiqomah adalah salah satu sikap di mana kita harus terus menjaga agar diri kita dalam melakukan segala sesuatu ada suatu ikatan untuk melakukannya karena Allah dan melaksanakan segala perintah dan segala larangan Allah.
    Di Ayat Al-qur’an terdapat perintah agar kita beristiqomah, bahkan dalam setiap rekaat sholat kita selalu meminta agar kita diberi jalan yang istiqomah. Di ayat lainnya juga ada pembahasan tentang istiqomah ini, di antaranya:
Al fushilat (41):30
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ [٤١:٣٠]
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu."
    Arti dari”Robb kami adalah Allah kemudian mereka stiqomah” adalah mereka melakukan sesuatu yang baik hanya diniatkan untuk Allah, kemudian mereka menaatinya melakukan apa yang Allah perintahkan pada mereka. Hal ini tercantum dalam tafsir Ibnu Katsir.
    Selain arti di atas, arti lainnya adalah bahwa ketika kita berusaha istiqomah berarti kita berusaha menyembah Allah dan tidak berpaling kepada Ilah selain Allah. Mengenai Ilah sendiri, di ayat lain dikatakan bahwa hawa nafsu juga bisa menjadi ilah (yang disembah). Di ayat lain lagi, nafsu itu cenderung membawa kepada keburukan dan atau kemaksiatan kecuali nafsu yang telah diberi rahmat oleh Allah.
    Dan ketika mereka mati, malaikat akan berkata jangan takut dan janganlah merasa sedih karena jannah lah yang menunggu. Di tafsir Jalalain pada ayat 31 (selanjutnya) dikatakan bahwa malaikat lah yang menemani pada waktu di dunia dan yang akan mengantar ke akhirat.
Kalau kita sering bilang keep istiqomah maka kita berusaha agar tetap di jalan yang baik yang diridhoi oleh Allah dan selalu menjunjung tinggi tauhid di dalam keseharian kita.
2. Sabar dalam Menghadapi Cobaan
     Sikap seorang beriman itu adalah apabila mendapat suatu cobaan maka dihadapi dengan sabar. Bahkan Allah juga menyampaikan kepada agar kita senantiasa bersabar dan menguatkan kesabaran yang ada dalam diri kita. Lalu bagaimanakah perngertian sabar itu, lalu meliputi apa sajakah sabar itu mari coba kita bahas di tulisan selanjutnya.
    Ali imran 200:


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ [٣:٢٠٠]

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.”
    Mengenai ayat ini, kita sebagai orang beriman disuruh agar bersabar dalam ketaatan beragama kepada Allah di jalan yang diridhoinya [tafsir ibnu katsir] dan dalam menentang hawa nafsu kita salah satunya dalam berbuat maksiat.
    Lalu apakah bentuk cobaan bagi orang-orang yang sabar, hal ini sudah sering diungkapkan di dalam ayat-ayat Allah. Salah satu ayatnya adalah di surat Al-Baqoroh ayat 155.  Di mana bentuk cobaan yang diberikan kepada orang-orang sabar adalah ketakutan (الْخَوْفِ), kelaparan (الْجُوعِ), kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Di akhir ayat ini diberitakan kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.
    Di ayat lain kita diperintahkan untuk meminta pertolongan dengan sabar dan sholat,
Al-Baqoroh 45
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ [٢:٤٥]
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'”
    Dalam tafsir ibnu Katsir, shabar dalam ini diartikan dengan beberapa makna. Makna yang pertama adalah puasa. Makna yang kedua adalah menahan diri dari perbuatan-perbuatan maksiat. Salah satu sandaran dari pendapat yang kedua adalah di ayat ini dibarengi dengan perintah untuk meminta tolong dengan ibadah yang tertinggi, yaitu sholat. Umar bin Khaththab ra. juga menyampaikan bahwa sabar ada dua macam, yaitu sabar ketika menghadapi musibah dan sabar terhadap hal-hal yang diharamkan oleh Allah inilah sabar yang paling susah. Dalam pendapat lain, sabar pada ayat ini adalah sabar dalam melakukan hal-hal yang diridhai oleh Allah Swt.
    Selanjutnya adalah membahas tentang Syukur terhadap nikmat Allah.

Wallaahu a’lam BishShowab.

Bersambung……(Insya Allah)

Tulisan ini diilhami dari kajian yang disampaikan oleh Ustadz Tutuk pada tanggal14 Juni 2009 di MTA Bandung dengan adanya beberapa tambahan isi dan ditambahkan sumber oleh penulis.

(Ali An-Nashir)
__________________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________________
Sumber:
Tafsir ibnu Katsir juz 1 dan juz 4.
Tafsir Jalalain.

Jumat, 02 Maret 2012

Meluruskan Pelajaran Sejarah Indonesia

mengepos kembali dari Dari insist,

Dibandingkan dengan buku-buku populer, buku-buku sejarah termasuk yang kurang laku di pasaran. Bisa dikatakan, pengetahuan sejarah masyarakat Indonesia pada umumnya sangat rendah. Biasanya, pengetahuan sejarah hanya didapat dari bangku-bangku sekolah. Kecenderungan sikap kritis berbagai cerita sejarah sangat lemah. Padahal, pelajaran sejarah di sekolah-sekolah menempati posisi paling penting dan strategis dalam mengembangkan kesadaran sejarah masyarakat.
Ironisnya, “pengajaran sejarah” di negeri ini belum menemukan bentuk dan arah yang jelas. Sejak era Kemerdekaan 1945 sampai sekarang, pola dan isi pengajaran sejarah terus berubah. Setiap terjadi perubahan politik, maka tujuan, pola, dan isi kurikulum pelajaran sejarah pun berubah.
Ada dua tesis yang menggambarkan terjadinya perubahan seperti itu. Pertama, berjudul Sejarah Pendidikan di Indonesia: Sebuah Telaah atas Perubahan Kurikulum Sejarah Indonesia Sekolah Menengah Atas Tahun 1975-1994, ditulis Umiasih (Departemen Sejarah UI: 2000). Kedua, berjudul Penulisan Buku Pelajaran Sejarah Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas 1964 – 1984: Sejarah Demi Kekuasaan,  oleh dan Darmiasti (Departemen Sejarah UI: 2002).
Disimpulkan, sampai saat ini tidak pernah ditemukan pelajaran sejarah yang pas. Buku-buku sejarah masih dipenuhi mitos yang diciptakan penguasa dengan mengabaikan penemuan fakta-fakta baru.

Pendekatan Indonesia-centrisPendekatan Indonesia-centris membuat mitos bahwa “Indonesia” sudah memiliki jati dirinya sendiri sejak zaman Sriwijaya dan Majapahit. Padahal sampai hari ini, yang disebut karakter “Indonesia” sebagai suatu bangsa belum bisa didefinisikan dengan jelas. Di negara yang bernama “Indonesia” ini terakumulasi berbagai karakter dan kepribadian “bangsa” yang lebih dikenal dengan istilah “suku-bangsa”. Suku-suku bangsa ini yang sesungguhnya ada, sementara “Indonesia” sebagai bangsa tidak pernah sungguh-sungguh ada. Para ahli sampai hari tidak pernah bisa merumuskan secara pasti apa yang disebut “Indonesia”. Sunda, Jawa, Batak, Minang, dan lainnya lebih mudah dirumuskan secara kultural dibandingkan merumuskan apa yang disebut “Indonesia”.
Sebetulnya, sejak awal muncul kebangkitan nasional, yang dimaksud dengan “nasionalisme” adalah “keinginan bersatu membentuk satu negara”, bukan untuk melebur identitas menjadi satu dengan sebutan “Indonesia”. Selain tidak realistis, juga tidak ditemukan akar historisnya. Oleh sebab itu, slogan yang muncul adalah Bhineka Tunggal Ika (berbada-beda tapi satu [tujuan], yaitu negara Indonesia). Akan tetapi, kemudian “nasionalisme” dipaksakan menjadi kesatuan identitas kultural, terutama sejak Orde Baru. Penguasa Orde Baru terlalu memaksakan perumusan identitas dan ideologi “Indonesia”. Lebih parah lagi “Indonesia” didefinisikan sebagai bukan ekstrim kanan yang berhaluan Islam dan bukan ekstrim kiri yang berhaluan komunis. Akibatnya, yang berkembang justru Kristenisasi dan sekularisme yang diimpor dari Eropa Barat.
Penekanan identitas Indonesia yang bukan Islam dan bukan komunis, memunculkan interpretasi yang terlampau dipaksakan,  bahwa kesatuan Indonesia sudah terbentuk sejak zaman Sriwijaya dan Majapahit. Padahal, dua kerajaan itu jelas tidak mewakili Indonesia yang begitu luas. Sriwijaya dan Majapahit sendiri tidak pernah menjadi satu kerajaan. Masing-masing berdiri sendiri, padahal pernah sezaman.
Cerita Majapahit dimasa Hayam Wuruk yang katanya pernah menyatukan Nusantara pun diragukan apakah sungguh-sungguh menyatukan wilayah-wilayah itu secara efektif. Buktinya, setelah Hayam Wuruk mangkat, wilayah-wilayah yang sebelumnya menyerahkan upeti kepada Majapahit menolak untuk menyerahkannya lagi. Beberapa justru melakukan penyerangan seperti Wiraraja dari Madura. Ini memperlihatkan bahwa dalam kasus ini kekuatan militer Hayam Wuruk-lah yang ditakuti hingga beberapa wilayah di Nusantara hingga mereka memilih menyerahkan upeti sebagai tanda menyerah daripada kerajaannya harus hancur. Setelah Hayam Wuruk tidak ada, mereka berani kembali menolak berada di bawah Majapahit. Majapahit pun tidak berani menyerang karena kekuatannya semakin melorot.
Apakah masuk akal bila konsepsi Indonesia yang menjadi cikal bakal “bangsa” Indonesia sudah terbentuk sejak saat itu? Jelas ini terlalu dipaksakan dan cenderung mengada-ada. Bahkan, jika merujuk pada Denys Lombard (Nusa Jawa Silang Budaya Jilid II, Gramedia: 2006), maka yang berkembang di kalangan akademisi adalah bahwa Indonesia terbentuk karena kolonialisme Belanda, jauh berabad-abad setelah era Sriwijaya-Majapahit. Buktinya lebih kongkrit dan lebih mudah dimengerti. Bukankah wilayah yang sekarang menjadi Indonesia adalah wilayah yang dulu dikuasai oleh Hindia Belanda.
Lombard sendiri menolak argumen ini. Ia justru membalik pertanyaan kenapa Belanda sampai bisa relatif mudah menguasai wilayah yang sekarang menjadi Indonesia ini? Berdasarkan bukti-bukti yang berhasil dikumpulkannya, justru Lombard menemukan jawaban bahwa Belanda menjadi mudah menguasai wilayah ini dan menyatukannya di bawah payung Hindia-Belanda karena sebelumnya wilayah-wilayah ini telah disatukan oleh jaringan para pedagang Muslim yang akhirnya membentuk kekuasaan Islam di berbagai wilayah. Antara satu penguasa dengan penguasa lain telah saling berhubungan secara intensif.
Sebagai bukti nyata adalah terciptanya “bahasa Melayu” baru sebagai lingua franca di antara mereka. Bahasa Melayu baru ini adalah bahasa Melayu yang telah diislamisasi secara intensif peristilahan-peristilahannya yang menunjukkan pengaruh Isam yang sangat kuat.
Argumen ini dikuatkan oleh temuan Goerge Mc. Turnan Kahin (Nasionalisme dan Revolusi, UNS Press: 1995) bahwa faktor paling penting yang memudahkan terciptanya nasionalisme Indonesia (dalam pengertian ingin untuk bersatu membentuk pemerintahan sendiri lepas dari Belanda) adalah faktor kesamaan bahasa dan agama (Islam), di samping perasaan senasib sama-sama dijajah Belanda.
Kenyataan-kenyataan seperti di atas justru diabaikan dalam buku-buku pelajaran sejarah Indonesia yang sayangnya menjadi rujukan utama terbentuknya pengetahuan sejarah masyarakat Indonesia. Alhasil, Islam dalam sejarah Indonesia selalu diposisikan hampir sama dengan PKI (Partai Komunis Indonesia), yaitu sebagai musuh negara. Beruntung penganut Islam adalah mayoritas sehingga nasibnya tidak setragis PKI. Namun, kesan permusuhan terhadap Islam tetap terbentuk sampai saat ini, terlebih lagi setelah mencuatnya isu terorisme. Permusuhan global Amerika terhadap Islam dijadikan alat untuk semakin memperkuat permusuhan “negara” di Indonesia terhadap agama mayoritas rakyatnya sendiri.

Sejarah ”Anti-Islam” Selain problem konsepsi Indonesia yang cukup fundamental,  buku-buku pelajaran sejarah juga menyisakan persoalan krusial dalam pemilihan dan penggambaran tokoh-tokoh yang dimunculkan dalam sejarah. Ini sebetulnya hanyalah problem turunan dari kesalahan konsepsi mengenai Indonesia.
Sebagai konsekuensi konsepsi Indonesia yang sekular (baca: anti-Islam), tokoh-tokoh sejarah pun digambarkan dan diinterpretasikan sebagai tokoh-tokoh sekuler. Seorang Diponegoro yang santri dan sangat taat menjalankan Islam digambarkan sebagai seorang Jawa-sekuler. Ia pergi menyepi untuk “bersamadi” memperdalam ilmu kebatinan. Interpretasi semacam ini sengaja dimunculkan dan dibesar-besarkan untuk memperkuat kesan bahwa tokoh-tokoh dalam sejarah Indonesia adalah tokoh yang tidak terlalu pro-Islam.
Interpretasi ini jelas sulit diterima bila memperhatikan bagaimana kedekatan Diponegoro dengan para ulama dan kiai seperti Kiai Mojo dan lainnya. Belum lagi, mempertimbangkan digelorakannya Perang Sabil (jihad fî sabîlillâh) dalam Perang Diponegoro (Perang Jawa, 1825-1830) yang merupakan perang terbesar yang dihadapi Belanda sepanjang sejarah ada di Nusantara.
Sebagai konsekwensi turunan berikutnya, buku-buku pelajaran sejarah Indonesia yang diajarkan di sekolah-sekolah begitu enggan memberikan porsi sewajarnya kepada gerakan-gerakan Islam sejak zaman Kebangkitan Nasional (awal abad ke-20) sampai zaman reformasi. Seolah-olah organisasi-organisasi pergerakan Islam seperti Sarekat Islam, Muhammadiyah, NU, Persis, Masyumi, dan sebagainya tidak memiliki peran siginifikan dalam membentuk “Indonesia”.
Kalau harus dirunut semua, tentu masih banyak lagi konsekuensi turunan lain dari penulisan sejarah sekular yang ujung-ujungnya adalah memberangus peran Islam dalam sejarah Indonesia. Unsur-unsur dan nuansa sekuler sejarah Indonesia dibuat menjadi sangat dominan. Inilah sesungguhnya masalah fundamental dalam penulisan sejarah Indonesia. Jika perpektif Indonesia-centris yang sekular ini tidak diperbaiki, sulit mengharapkan terjadinya perbaikan pengajaran sejarah di negeri ini. Perbaikan harus dimulai dengan mengembalikan defini “Indonesia” kepada kenyataan sejarah terbentuknya Indonesia sendiri. (***)
Oleh Tiar Anwar Bachtiar